Ini tugas Bahasa Indonesiaku yang disuruh buat cerpen. Oke monggo dibaca.
Namaku
Darmawan, biasa dipanggil wawan. Aku adalah seorang
pelajar yang baru lulus SMP. Aku melanjutkan sekolahku di salah satu SMAN di Surabaya. Aku bangga
karena dapat melanjutkan sekolah di salah satu sekolah unggulan di Surabaya.
Seperti biasanya, sebelum memulai tahun
pelajaran baru, para murid baru akan menjalani Masa Orientasi Siswa atau yang
lebih dikenal dengan MOS. Sebelum menjalankan MOS hari pertama, aku menyiapkan
semua peralatan dan tugas untuk MOS. Setelah semua telah siap, aku langsung
istirahat. Di dalam tidur tersebut aku bermimpi, aku sedang berada di sebuah
tempat yang ramai, dan aku mengenakan sebuah kemeja putih berdasi abu-abu
dengan celana panjang yang berwarna sama. Di tempat tersebut terlihat seorang
wanita cantik yang sedang bergurau dengan teman-temannya. Lalu aku menghampiri
wanita tersebut. Aku mencoba berkenalan dengan wanita cantik tersebut. Setelah
itu aku memperkenalkan namaku. Namun setelah itu aku terbangun suara alarm HP yang
ternyata sudah menunjukkan jam setengah 5 pagi. Aku pun bergegas membersihkan
diri lalu shalat subuh. Setelah itu aku berangkat ke sekolah. Tapi di sekolah
membuat diriku menjadi bad mood,
karena panitia MOS secara tidak langsung membuat mental jatuh. Setelah terasa
lama, waktu pulang pun tiba. Setelah sampai di rumah, aku langsung tidur karena
sangat lelah. Dalam tidur tersebut aku kembali bermimpi tentang wanita
misterius yang hadir dalam mimpi sebelumnya. di mimpi kali ini aku berdiri di pantai yang indah
dengan suasana matahari tenggelam bersama wanita misterius tersebut. Pada saat itu aku menyatakan cinta kepadanya dan dia
menerimanya. Lalu aku terbangun karena
mendengar suara ayam berkokok yang bertanda sudah pagi. Lalu aku melakukan
kegiatan seperti kemarin.
3 hari yang melelahkan telah berlalu. kegiatan
MOS telah berakhir. Pengumuman kelas telah diumumkan, aku masuk kelas X7. Di
kelas tersebut aku bertemu banyak teman baru. Dan yang paling mengejutkan aku
adalah di kelas tersebut aku sekelas dengan wanita misterius yang hadir dalam
dua mimpiku. Aku bertanya pada temanku yang Aji, "kamu tau nggak siapa
nama cewek yang duduk paling depan itu ?"
"yang sebelah mana ? Kiri atau kanan ?" tanyanya kembali
padaku
"yang sebelah kanan" jawabku
"oh.. Dia itu Risa, temen satu SMP sama aku dulu." Jawab Aji
"oh.. Cantik ya dia, sudah punya pacar belum dia ?" tanyaku
lagi.
"sepengetahuanku sudah punya, kalau gak salah pacarnya itu ketua
panitia MOS kemarin. Kalau gak salah namanya itu Dino, iya kak Dino. Naksir ya
?" jawabnya.
"oh kak Dino. Cuma sedikit." jawabku dengan bercanda.
Setelah beberapa minggu kemudian, aku mulai
mendekati Risa. Tapi saat aku mencoba mendekati dirinya, dia menjauh. Entah apa
penyebabnya. Suatu ketika salah satu guru mapel biologi memberi tugas kelompok.
Dan kebetulan aku satu kelompok dengan Risa, Aji, dan Firda. Setelah berunding,
kami sepakat mengerjakannya nanti malam di rumah Aji.
Malam harinya aku berangkat ke rumah Aji
mengendarai sepeda motor. Sesampai di rumah Aji, aku langsung memasukkan sepeda
motor ke halaman rumah Aji yang sangat besar. Lalu aku masuk ke dalam rumah
mewah tersebut. Ternyata Risa dan Firda sudah ada di dalam rumah Aji. Kami pun
langsung mengerjakan tugas dari guru biologi yang biasa dipanggil Bu San, nama
lengkapnya Santi Putri. Setelah selesai mengerjakan tugas tersebut, Firda
langsung pulang karena sudah dijemput oleh orang tuanya. Aku menawari Risa
pulang bersama, tapi aku malah diejek oleh dia. Dia berkata, "enggak ah,
gak mau aku pulang bersama kamu, ganteng juga enggak kamu."
Mendengar perkataan tersebut sakit rasanya
hatiku. Aku tak menjawab pernyataan menyakitkan tersebut. Tapi aku yakin dia
akan berubah suatu saat. Aku hanya menunggu sampai dia pulang. Sesampai di
rumah aku langsung tidur karena sudah lelah. Dalam tidur tersebut aku kembali
mimpi tentang Risa atau wanita misterius yang selalu muncul dalam mimpiku
sebelumnya. Kali ini aku berdiri di pelaminan bersama dengan Risa menggunakan
pakaian adat Jawa di suatu gedung yang mewah. Tapi lalu aku terbangun karena
suara ayam yang berkokok. selanjutnya aku melakukan kegiatan seperti biasa, yaitu sekolah. Waktu istirahat
sekolah aku ngobrol dengan Aji dan Firda. Aku bertanya, "apakah Risa
sifatnya memang begitu ?"
"Begitu gimana ?" sahut Firda.
"Ya begitu, memandang orang itu cuma dari luarnya." jawabku.
"mungkin iya, karena di SMP dulu dia memiliki teman yang
cantik-cantik, dia sepertinya gak mau berteman dengan yang jelek." jawab
Aji.
Bel masuk kelas pun berbunyi, kami pun kembali
ke bangku masing-masing. Setelah itu adalah waktunya pelajaran biologi. Setelah
menunggu sampai Bu San masuk ke kelas, beliau menyuruh agar mempresentasikan
tugas yang telah diberinya lalu. Di saat kelompokku presentasi di depan kelas,
tiba-tiba Risa pingsan. Dia langsung dibawa ke UKS. Saat istirahat yang kedua,
aku ingin melihat keadaannya. Di depan pintu UKS aku melihat di dalam ada kak
Dino yang sedang menemani Risa. Karena melihat hal tersebut, aku mengurungkan
niatku untuk menjenguknya, lalu aku pun kembali ke kelas. Setelah terjadi
hal-hal yang menunjukkan bahwa Risa tidak suka denganku, aku berpikir bahwa
mimpi itu mungkin tidak akan menjadi nyata.
"Mungkin aku bisa memilikinya hanya dalam mimpi, tidak untuk
kenyataan." pikirku.
Sepulang sekolah aku langsung tidur karena lelah
sekali. Di dalam tidur tersebut aku mimpi kembali tentang Risa. Di mimpi
tersebut aku berada di sebuah rumah yang mewah bersama Risa dan dua anak kecil.
Dua anak tersebut memanggil Risa dengan kata bunda dan memanggilku dengan kata
ayah. Di dalam rumah tersebut terdengar suara tawa penghuni rumah yang bahagia.
Aku sedang bermain dengan salah satu anak tersebut, tapi tiba-tiba anak itu
memukulku. Lalu aku terbangun karena adikku memukulku dengan keras.
1 Tahun kemudian
Sekarang aku kelas XI, dan secara tidak sengaja
aku, Firda dan Risa masih satu kelas,
tepatnya di kelas XI IPA 6. Saat hari pertama masuk di kelas XI
semua terlihat gembira kecuali Risa yang terlihat sangat murung. Melihat
keadaan tersebut aku bertanya kepada Firda, "Fir, kenapa tuh Risa ?"
"Waduh, gak tau aku." jawab Firda.
"Tolong dong kamu tanya ke Risa kenapa dia murung begitu."
jawabku dengan memohon.
"Oke siap" jawab Firda sambil berdiri lalu ke tempat duduk Risa.
Dari kejauhan terlihat bahwa Risa sedikit meneteskan air mata dan Firda
berusaha untuk menenangkannya. Firda tampaknya terus berusaha menenangkan dan
menghibur Risa, tapi Risa masih saja meneteskan air mata. Setelah sekitar 15
menit, Risa sudah mulai tampak tersenyum. Karena Risa sudah mulai bisa
tersenyum, Firda menuju ke tempat diriku berada. Lalu ia berkata kepadaku,
"Wan, ternyata dia punya masalah sama pacarnya, Mas Dino."
"Masalah apa?" tanyaku penasaran.
"Jadi gini, dia diberitahu sama teman-temannya kalau mas Dino itu
jalan bareng cewek lain, terus sifat mas Dino juga berubah seratus delapan
puluh derajat, mas Dino juga sering marah-marah ke Risa." Kata Firda.
"Oh.. Jadi dia diduakan oleh mas Dino ?". Tanyaku.
"Ya bisa disimpulkan seperti itt, tapi Risa masih tidak percaya kalau
mas Dino menduakannya, dia berpendapat bahwa mas Dino sering marah-marah
mungkin sedang dalam kondisi lelah karena mas Dino sedang berkompetisi bola
basket tingkat kota." jelas Firda.
"Oh, jadi gitu. Aku akan mencari tahu lebih jelas apa yang benar-benar
terjadi." jawabku.
Setelah itu aku mempunyai rencana untuk memata-matai mas Dino. Aku ingin
tau apa yang dia lakukan jika sedang tidak bersama Risa. Pertama kali aku
menyusun strategi terlebih dahulu apa yang harus kulakukan agar rencana ini
tidak gagal. Lalu aku mencari informasi semua tentang mas Dino dari teman mas
Dino ataupun teman-temanku. Setelah sehari mencari informasi, aku langsung
'beraksi'. Pertama kali aku membuntuti mas Dino yang ternyata akan latihan
basket. Setelah itu ia kembali ke rumahnya. Keesokan harinya aku kembali 'beraksi'
seperti kemarin, tapi ternyata dia hanya berkumpul dengan teman-temannya, tidak
ada yang mencurigakan. Selama 3 hari berturut-turut tidak ada hal-hal yang
mencurigakan. Aku pun mulai mengira bahwa mas Dino memang anak yang baik. Lalu
aku memberhentikan rencanaku. Karena tepat pada hari Sabtu, aku ingin refreshing dan aku pergi ke mall sendiri. Tapi begitu aku berjalan
santai di dalam mall, aku melihat mas
Dino sedang bermesraan dengan wanita lain yang ternyata adalah temanku waktu
SMP, namanya Fitri. Kemudian aku mengikuti mereka berdua. Terlihat mereka
sedang makan dengan bermesraan. Ingin rasanya diriku untuk memphoto kejadian
itu, tapi pada saat itu aku tidak membawa kamera ataupun handphone berkamera, karena tadi aku hanya ingin berjalan-jalan.
Aku mengikuti mereka berdua sampai pulang. Sesampainya aku di rumah, aku
langsung mencoba menelepon Fitri yang tadi berjalan dengan mas Dino.
"Halo, fit!" kataku.
"Halo, ini siapa ya?" tanyanya.
"Aku Wawan, temanmu waktu SMP." jawabku.
"Oh Wawan, ada apa wan ?" tanya Fitri kembali.
"Gini fit, aku tadi pagi melihat kamu sedang berjalan berdua dengan
cowok di mall. Apa itu pacarmu
?"
"Iya, dia pacarku, namanya Dino. Dia kan kakak kelas kamu, masa kamu
tidak tahu ?" jawab Fitri.
"Oh jadi itu ya yang namanya mas Dino. Banyak anak yang sering
membicarakan mas Dino karena prestasinya di basket." alasanku agar
mendapat info yang lebih spesifik tentang mas Dino.
"oh iya dong, dia itu cowok idaman."jawabnya.
"Oh iya fit, minggu depan kamu bisa gak kita kumpul bareng teman-teman
SMP ?" tanyaku untuk memastikan bahwa dia memiliki janji dengan mas Dino.
"sorry wan, aku minggu depan
jalan sama mas Dino." jawabnya dengan terus terang.
"Ya sudah kalau begitu, makasih ya fit." kataku.
"Iya, sama-sama wan." Jawabnya.
Berdasar jawaban Fitri tadi, bisa disimpulkan bahwa mas Dino akan jalan
bersama Fitri. Lalu aku berencana mengajak Firda, Aji, dan Risa pergi ke mall dengan tujuan agar Risa dapat
mengetahui apa yang dilakukan oleh mas Dino di 'belakang'nya. Aku tidak
mengajak Risa secara langsung, tetapi aku minta tolong pada Firda agar dia mau
ikut. Dan aku tidak bilang tujuan tersebut kepada Risa karena aku takut dia
sakit hati. Dan aku berpesan kepada Aji dan Firda agar tetap menjaga rahasia
ini, biarkan saja Risa yang mengetahui sendiri.
Satu minggu kemudian, kita berangkat ke mall
bersama. Setelah sampai di tempat tujuan aku mengajak teman-temanku ke tempat
bermain terlebih dahulu, karena aku tahu bahwa Fitri dan mas Dino belum berada
di mall ini. Setelah bermain sekitar
tiga puluh menit, aku mengajak teman-temanku di tempat tujuan utama. Dan disitu
aku telah melihat mas Dino yang sedang memilihkan pakaian untuk Fitri terlihat
sedang bermesraan di tempat perbelanjaan. Dan begitu Risa melihat keadaan tersebut, dia langsung berjalan
cepat menuju tempat Fitri dan mas Dino. Risa langsung marah-marah kepada mas
Dino. Aku, Aji, dan Firda melihat dari kejauhan Risa sedang memarahi mas Dino
dengan meneteskan air mata. Sepertinya dia tidak percaya hal ini akan terjadi.
Sebenarnya dia sangat cinta pada mas Dino, tapi cinta itu dikhianati oleh mas
Dino. Lalu terdengar olehku kata putus yang terucap dari mulut Risa. Setelah
itu dia menampar mas Dino lalu dia berjalan menuju tempatku bersama Aji dan
Firda dengan tangisan. Lalu aku meminta agar kita ke foodcourt untuk makan dahulu, tapi Risa menolaknya, dia memilih
untuk kembali ke rumah saja. Lalu kami pun sepakat untuk mengantarkan Risa ke
rumahnya dan aku meminta Firda agar menemaninya.
Keesokan harinya di sekolah, Risa tampak masih belum bisa melupakan
kejadian kemarin. Firda bercerita padaku, "wan, dia bicara ke aku kalau
dia tidak mau lagi berpacaran. Dia takut sakit hati lagi kalau pacaran. Dia
ingin bersenang-senang."
"Ok, tidak masalah bagiku, yang terpenting dia bahagia." jawabku.
Setelah itu aku menuju ke tempat Risa, aku mencoba menghibur Risa,
"Sudahlah ris, jangan terlalu disesali, lupakan semua itu. Dunia itu masih
luas dan masih banyak yang dapat membuat kita bahagia. Aku percaya kamu bisa
melupakan hal kemarin dan mencari kebahagiaan yang lebih."
"Terima kasih ya wan. Aku minta maaf ya wan kalau selama ini aku
sering menyakiti hatimu." jawab Risa dengan mencoba melupakan kejadian
kemarin.
"Iya. Gak apa kok, itu wajar. Kamu kan memang belum mengenal aku
sepenuhnya." jawabku.
Satu tahun kemudian
Sekarang aku sudah kelas XII. Dan kebetulan lagi aku masih satu kelas
dengan Risa dan Firda lagi, tapi sudah tidak satu kelas lagi dengan Aji. Aku di
kelas XII IPA 7 tapi Aji di kelas XII IPA 9. Karena sudah kelas XII, Sekitar
empat bulan lagi aku akan melaksanakan Ujian Nasional. Dan karena itu aku
sekarang lebih giat untuk belajar agar dapat lulus Ujian Nasional dengan nilai
yang bagus. Risa sekarang sering mengajak aku untuk belajar bersama di rumah
Risa. Karena seringnya aku belajar bersama Risa, tampaknya Risa mulai suka
kepadaku. Lalu pada suatu kesempatan, aku mengajak dia untuk berjalan berdua.
Lalu aku mengutarakan cintaku kepadanya, "Ris, sebenernya perasaan ini
sudah dari dulu pertama kali bertemu denganmu, tapi baru pada kesempatan kali
ini aku akan menyampaikannya. Ris, aku cinta sama kamu. Kamu mau tidak jadi
pacarku ?"
"Apa ? Tapi maaf ya wan, aku masih belum bisa untuk punya pacar lagi,
karena aku masih takut sakit hati seperti dulu." jawab Risa.
"Ya udah, tapi aku pasti akan terus cinta sama kamu." jelas ku.
"Iya, tapi kita masih teman." jawab Risa.
Setelah kejadian tersebut, aku memfokuskan diriku ke Ujian Nasional yang
waktunya sudah tinggal beberapa bulan lagi.
Beberapa bulan kemudian
Waktu Ujian Nasional telah datang. Aku yakin dapat mengerjakkan soal-soal
ujian dengan nilai maksimal. Setelah Ujian Nasional berakhir. Kelasku
mengadakan liburan bersama ke Bali. Semua siswa kelas XII IPA 7 ikut dalam
kegiatan tersebut. Kita berangkat dengan bus. Setelah lama perjalanan, akhirnya
datang juga. Setelah sampai, kita semua langsung tertidur. Keesokan harinya aku
dan teman-teman akan ke Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada siang harinya, dan sore
harinya akan ke Pantai Kuta untuk melihat matahari tenggelam. Pada saat di GWK
aku berjalan berdua dengan Risa dan tidak lupa untuk berfoto bersama. Setelah
dari GWK, bus langsung menuju ke Pantai Kuta untuk melihat keindahan matahari
tenggelam. Di pantai aku mengajak Risa untuk duduk santai di pasir pantai
sambil melihat keindahan matahari tenggelam. Lalu aku berkata, "Ris, kamu
lihat gak keindahan sinar matahari tenggelam itu ?" tanyaku.
"Iya indah sekali, kenapa emangnya ?" tanyanya heran.
"Tapi keindahan tersebut masih kalah oleh keindahan kedua sinar
matamu." rayuku.
"Bisa aja kamu." jawabnya tersipu malu.
"Oiya ris, aku mau nyatakan cinta lagi sama kamu. Kamu mau gak jadi
pacarku ?" tanyaku.
"heh ? ...... Iya." jawabnya dengan sedikit lama.
"terima kasih Ris, aku akan setia sama kamu, aku gak akan sakiti kamu
kok." jawabku. Kejadian itu sama seperti dalam mimpiku.
Sekarang aku telah menjalin hubungan dengan Risa. Setelah itu sambil
menunggu hasil Ujian Nasional, aku pergi ke rumah Risa untuk sekedar main dan sharing tentang berbagai hal. "Hai
Risa, lagi apa ?" tanyaku kepada Risa yang baru saja membubakan pintu.
"Hai, lagi browsing tentang
universitas-universitas. ayo masuk dulu." jawabnya.
"Iya terima kasih." jawabku sambil berjalan ke dalam rumah.
"Oiya wan, kamu mau lanjutin sekolahmu dimana ?" tanyanya.
"Aku inginnya sih di luar kota. Kalau kamu ?"
"Kalau aku inginnya di Surabaya aja deh. Kalau kamu ke luar kota
bagaimana hubungan kita ?" tanyanya
"Aku inginnya hubungan kita ya masih tetap." inginku
"Tapi kan nanti kita jarang bertemu ? Bagaimana kalau kita break dulu saja, nanti kalau kita sudah
selesai semua kita pacaran lagi." jawab Risa.
"Okelah, tapi kita berdua harus berjanji ya kalau kita balik lagi
nanti ?"
"Iya, aku janji." jawab Risa.
Semenjak itu aku break terlebih
dahulu agar fokus ke belajar.
Beberapa bulan kemudian
Aku dan Risa ternyata lulus UN dengan nilai yang memuaskan dan kita
diterima di universitas pilihan kita. Aku di luar kota, Risa tetap di Surabaya.
Sebelum aku berangkat ke luar kota, aku menitipkan pesan pada Firda agar
menjaga dan mengawasi Risa.
Aku diterima di salah satu universitas negeri di Kota Malang. Aku diterima
di Fakultas Teknologi Industri. Awal-awal di tempat kuliah aku masih fokus
terhadap pelajaran. Di tempat baru ini aku mempunyai teman baru, diantaranya
ada Bary, Andri, Wito, dll. Bary berasal dari Malang asli. Andri berasal dari
Bandung dan Wito berasal dari Yogyakarta. Mereka bertiga memiliki cita-cita
yang sama denganku yaitu pengusaha. Dan kami memiliki rencana akan membuka
usaha jika ada kesempatan. Dan pada semester tiga, aku, Bary, Wito, dan Andri
baru saja mendapat beasiswa dari fakultas karena memenangkan event lomba
inovasi masa depan. Kita menang karena karya kita yang membuat sebuah robot
sederhana yang dapat membersihkan tempat kotor yang terdeteksi oleh robot
tersebut. Dengan beasiswa tersebut, kami berencana membuka usaha dengan modal
yang telah kita dapat. Kita berunding.
“Oke, kita kemarin kan dapat beasiswa yang cukup banyak yaitu gratis
pembayaran SPP sampai lulus. Terus kita kan sudah punya rencana buat usaha
sendiri, jadi yang kita pakai modal adalah uang pemberian orang tua untuk
pembayaran SPP. Lha kita mau usaha apa?”
kata Bary.
“Bagaimana kalau bahan-bahan elektronik dan kalau ada modal lebih, kita
buat robot karya kita ?” tanya Wito.
“Tapi apa cukup modal kita untuk bahan-bahan elektronik apalagi buka usaha
robot karya kita ?” tanyaku.
“Iya sih, tapi apa lho ?” tanya Wito
“Bagaimana kalau usaha pernak-pernik olahraga, seperti kaos, jaket, syal, seragam
atau jersey, gelas cantik, handuk, selimut, jam, tas, topi.dll ?” usul Andri.
“Boleh juga itu.” Jawabku tanda setuju
“Iya bagus, setuju aku.” Jawab Wito.
“Oke, berarti kita udah sepakat ya kalau kita akan buka usaha pernak-pernik
olahraga.” Tegas Bary.
Kami lalu membuka usaha tersebut dan aku sangat bersyukur karena baru enam
bulan berjalan, usaha tersebut sudah menghasilkan keuntungan yang banyak. Dua
setengah tahun kemudian usaha tersebut membuka cabang di tiga kota, yaitu
Surabaya, Yogyakarta dan Bandung. Aku dipilih sebagai kepala cabang di
Surabaya. Dan setelah menjadi kepala cabang, aku membuka usaha lagi yaitu
studio musik dan membuka kos-kosan.
Setelah sukses dengan usahaku, aku kembali ke Risa. Aku sudah kangen karena
lama tidak bertemu. Lalu aku pergi ke rumahnya. Dia kaget karena aku sudah
sukses, padahal aku baru saja lulus kuliah. Setelah menceritakan segalanya,
kami menjalin hubungan kembali. Dan satu tahun kemudian aku melamar Risa untuk
menjadi istriku, dan dia menerimanya. Setelah melamarnya, enam bulan setelahnya
aku menikah dengan dia di gedung yang mewah dan dengan pakaian adat jawa
seperti dalam mimpiku. Setelah usia pernikahanku dengan Risa berusia satu
setengah tahun, aku dikaruniai seorang anak lelaki. Dan tiga tahun berikutnya aku
dikaruniai seorang putri cantik. Aku dan keluargaku hidup bahagia selalu.